Senin, 20 Oktober 2014

Monolog Demokrasi



“Negara Demokrasiku” 

Perkenalkan saya adalah seorang pejabat yang sangat kaya raya. Saya mempunyai harta yang sangat banyak dari mana saya mendapatkan harta sebanyak itu? Ya dari korupsilah. Ha…..ha…..ha…..ha…ha . Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang segala sesuatunya dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat. Tapi mengapa selalu saya, seorang pejabat  rakyat yang disalahkan. Mengapa ? mengapa? Saya tau Negara ini dipimpin oleh seoarng pejabat bukan  rakyat tapi, seharusnya rakyat juga ikut serta dan mendukung  pemerintahnnya. Huuuhhh, pejabat dan rakyat sama saja terlalu tidur lelap dalam gelapnya kemewahan yang mereka fikirkan hanyalah diri mereka sendiri yang mereka fikirkan hanyalah uang,uang,dan uang termasuk saya didalamnya ha…….ha…..ha ….. memang enak menjadi seorang pejabat mempunyai banyak fasilitas dan dihormati oleh rakyat. Sedangkan rakyat hanya diperolok-olok oleh pejabat tetapi jika mereka merasa dirugikan meraka menyalahkan saya sedangkan di saat mereka merasa di untungkan mereka tidak berterima kasih kepada saya. Demokrasi segala sesuatunya dengan cara musyawarah untuk mufakat katanya, tapi pada kenyataannya  yang di katakana dengan musywarah hanyalah menjadi perdebatan kekuasaan pejabat tertinggi yang akhirnya bukan mendapatkan mufakat tapi yang terjadi hanyalah pertengkaran ha…..ha….ha…….. pejabat seharusnya menjadi contoh positif untuk rakyatnya buakn malah mempercontohkan hal-hal buruk. Tidak susah menjadi pejabat hanya dengan uang saja kita bisa menjadi pejabat. Negriku negriku Indonesia ku bangkitlah, bangkitlah, bangkitlah. Negara kita, Negara kita yang dengan susah payanya diperjuangkan oleh para pejuang, yang dipertahankan oleh pajabat pada masa itu. Tapi kini mana ? mana? Dimana? Pejabat yang seperti itu. Saya adalah pejabat yang ingin membuat Indonesia lebih maju tapi pada kenyataannya saya hanya saya  yang bertindak  untuk kemajuaan tapi itu tidak bisa pejabat yang baik dan memiliki rasa ingin maju tertutup oleh pejabat yang serakah, yang hanya ingin memakmurkan  dirinya, mereka hanya ingin duduk di kursi tertinggi, mereka haus akan kekuasaan hal itu yang mendorong saya untuk seperti ini populasi pejabat yang baik tertutupi oleh pejabat yang jahat ha…….ha……ha………. tapi sebenarnya saya selalu menangis melihat para rakyat saya berteriak ,menjerit mereka miskin, tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, anak mereka menagis kelaparan, mereka merintih kesakitan yang mereka derita. Setiap malam saya selalu bersujud kepadanya ya rabb sampai kapan negriku yang dikatakan Negara demokrasi terlalu terlelap dalam kemewahan. Ya rabb berikanlah petunjuk dijalanmu ya rabb berikanlah ketabahan kepada rakyatku dan berikanlah pencerahan kepada teman-temanku selaku pejabat Negara agar mereka sadar menjadi pemimpin bukan untuk bermain-main, bersenang-senang, berpoya-poya tapi menjadi pemimpin adalah amanah amanah ya amanah yang akan di pertanggung jawabkan di akhirat nanti kini kau belum merasakan balasan jahatmu terhadap rakyat tapi allah tidak tidur allah maha melihat apa yang kau perbuat menyesal selalu berada di akhir menyesal jika menyesal dan terjadi ya sudah terjadi tak bisa di putar kembali. Rakyat, juga seharusnya jangan selalu menyalahkan pemerintah dan pejabat saya dan teman-teman saya juga manusia sama seperti rakyat kami juga bisa khilaf,salah,lupa,bahkan tidak tau itulah sebab itu seharusnyalah Negara  demokrasi yang mempersatukan rakyat dan pejabat untuk bekerja sama untuk membangun negri ini.  Saya sebenarnya menyesal telah memakan uang rakyat yang pada akhirnya hanya membuat dosa saya di dunia ini semakin banyak, saya takut jika di hari perhitungan nanti tapi  saya suka dengan kehidupan seperti ini. Mahasiswa, buruh, hanya berteriak hanya bisa demo di depan gedung-gedung pejabat mereka protes, mereka merasa dirugikan oleh para pejabat. Seharusnya mereka malu dengan Negara yang menggunakan system pemerintahan demokrasi ya negri ini sadarlah sadarlah bangsaku bukan dengan cara itu tapi ada cara yang lebih baik, tugas kami banyak tidak hanya mementingkan engkau saja mengertilah sedikit sedikit saja suara pejabat buakn hanya engkau yang berteriak tapi kami pejabat juga brerteriak kami memikirkan kalian bangsaku, kami selalu mrengutamakan kalian rakyatku Negara demokrasi adalah Negara yang didalmanya rakayat sebagai hal yang diutamakan dan pejabat adalah yang mengurus dan menagtur Negara ini. Marilah kita bersama-sama bersatu padu, bersatu jaya, bersatu abadi untuk negri ini. Kita lupakan sejenak keserakahan kita, kepentingan pribadi kita, lupakan kesedihan kita. Marilah kitra ubah negri ini menjadi negri yang makmur,rukun sejahtera, semua bisa tersenyum bahagia bahwa dunia ini Negara demokrasi sangatlah indah. Buka mata kalian betapa indahnya jika pejabat dan rakyat bisa saling bekerja sama satu sama lain. Bersyukur, bersyukur kita menjadi penduduk Indonesia yang demokrasi . karena hanya Negara demokrasi yang rakyatnya ikut serta di dalamnya, yang suara rakyatnya di dengar oleh para pejabat. Sekarang saya akan berusaha mengubah teman-teman saya menajadi lebih baik dari diri saya sendiri sekarang saya tobat dan tidak akan korupsi lagi. Saya akan berusaha untuk menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya. Tenanglah dan bersabarlah rakyatku semua akan indah pada waktunya dan waktu yang akan membuktikan keindahannya. Demokrasi, demokrasi,demokrasi  dengan demokrasi negara Indonesia akan maju dengan demokrasi Negara Indonesia bisa menajadi panutan Negara lain. Dengan demokrasi rakyat makmur dan pejabat bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Jayalah negriku, bangkitlah bangsaku, kobarkan semangatmu, tunjukan jiwa mudamu sobat, bangkitlah dan majulah Negara demokrasi ku Indonesia tercinta tanah air terindah. Berjuanglah sampai titik darah penghabisan, berjuanglah sampai Negara ini benar-benar menjadi Negara demokrasi. Kalian bangsa muda yang akan melanjutkan tugas ku kalian kalian . nampaknya ragaku sudah tak sanggup lagi. Jaga Negara demokrasi ini.

                                                                                                                                                                                                Karya : Nur Inayah
XI IPS 2 Man 2 Bogor